Jumat , 26 April 2024

TIM SATGAS RIAU TURUN TANGAN HADAPI PENYAKIT TERNAK


Bangkinang Kota (khabarmetro.com) – Penyakit mulut dan kuku (PMK) yang saat ini telah memakan korban sebanyak 102 ekor ternak yang terdiri dari kerbau dan sapi mati dan sebanyak 207 ekor ternak terpapar akibat serangan penyakit mulut, kuku dan ngorok.
Tim Satgas PMK Provinsi Riau dan tim Satgas PMK Kampar turun tangan menghadapi persoalan ini dengan melakukan sosialisasi ternak yang masih sehat.

Sosialisasi diperlukan karena virus berkembang begitu cepat ditambah lagi dengan penyakit ngorok. “Ini rupanya lebih kencang dan lebih cepat dibanding PMK. Penyakit ngorok ini merupakan kasus tertinggi di Kampar, ujar Sekda Kampar Yusri saat membuka kegiatan sosialisasi penyakit mulut dan kuku (PMK) yang  di ruang rapat lantai III Kantor Bupati Kampar, Senin (19/09/22)

Hadir pada kesempatan tersebut Tim Satgas dari Provinsi Riau Drh. Revalita Budhiani dari Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Provinsi Riau, Kombes Wemdri  Purbiantoro Direktur Pembinaan Masyarakat Polda Riau, Kepala Dinas Perkebunan dan Kesehatan Hewan Kabupaten Kampar Syahrizal, Kepala Dinas, Instansi terkait, Wakapolres Kompol Rachmat Muchamad Salihi, SIK MH, camat se Kabupaten Kampar.

“Saat ini jumlah sapi dan kerbau yang sudah terdampak sebanyak 278 ekor dan sebanyak 102 mati akibat PMK dan ngorok,” kata Yusri.

Penyakit ngorok (tagere) atau nama lainnya penyakit Septicaemia Epizootica (SE) merupakan penyakit yang sering menyerang hewan/ternak ruminansia khususnya sapi dan kerbau yang sifatnya akut atau fatal.

 

“Untuk Kabupaten Kampar paling banyak terjadi di Kecamatan XIII Koto Kampar dan Koto Kampar Hulu, begitu juga dengan Kecamatan lain seperti Kuok dan Salo serta kecamatan lainnya, namun tingkat kematian masih rendah,” kata Yusri seraya menambahkan bahwa PMK ini telah diantisipasi sebelumnya, termasuk dengan pendirian Posko Ternak di beberapa lokasi masuk Kampar. Namun virus lain ngorok lebih berbahaya dari PMK,” tegasnya.

Yusri meminta kepada tim Provinsi Riau terhadap pemilik sapi dan kerbau yang mati dapat dispensasi dari pemerintah walau sedikit namun ini dapat membantu peternak,” pinta Yusri.

Bahaya ngorok ini lebih berbahaya, tiga hari terjangkit ternak sudah mati, sementara PMK seminggu masih dapat bertahan.

Tim Satgas dari Provinsi Riau Drh. Revalita Budhiani dari dinas peternakan dan kesehatan hewan Provinsi Riau menyatakan  bahwa kasus PMK merupakan kasus yang telah terjadi di Indonesia, namun untuk ngorok ini Kampar merupakan kasus pertama di Riau,” ujar Revalita.

Tim Satgas PMK Riau lainnya Kombes Wemdri  Purbiantoro, Direktur Pembinaan Masyarakat Polda Riau dalam arahannya menyampikan bahwa sosialisai PMK di Kabupaten Kampar dapat berjalan dengan baik dan lancar.

“PMK ini bisa membunuh hewan, kami dari kepolisian mengharapkan kerjasama untuk dapat bahu membahu untuk memberikan pengertian kepada masyarakat sebagai perpanjangan tangan Satgas bahwa ini harus di obati dan divaksin, ikuti aturan pemerintah,” pinta Wemdi Purbiantoro.

Kepala Dinas Perkebunan dan Kesehatan Hewan Kabupaten Kampar Syahrizal mengatakan bahwa hari ini tim Satgas PMK Provinsi Riau dan Kabupaten Kampar melakukan sosialisasi kepada pemangku kepentingan, instansi dan OPD terkait. Kita berharap sosialisasi ini dapat bermanfaat untuk masyarakat dan waspada terhadap penyakit yang membahayajan,” kata Syahrizal. (her)

Check Also

Region Head PTPN IV Regional III: Hari Kemenangan untuk Perkuat Perbaikan

Region Head PTPN IV PalmCo Regional III Rurianto berpesan kepada segenap insan perusahaan agar menjadikan …

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *