Jumat , 26 April 2024

Sosok Dr. Ir. H. Deni Efizon, M.Sc, Calon Rektor Unri 2022-2026

Majukan Unri, Usung Visi Transformasi

EMPAT tahun lalu, di 2018 namanya sudah dikenal luas, sebab menjadi salah seorang calon pada pemilihan rektor (Pilrek) Universitas Riau (Unri) periode 2018-2022. Ia cukup berani berkompetisi dengan calon rektor petahana (incumbent). Alhasil, garis tangannya belum beruntung. Calon petahana menang, dan kembali duduk di singgasana rektorat Unri.

Empat tahun berselang, ketika Pilrek kembali dihelat, namanya muncul lagi. Dan, secara resmi pada Jumat (20/5) lalu, mengambil momen Hari Kebangkitan Nasional (Harkitnas), pun Jumat barokah, ia secara resmi mendaftar ke panitia Pilrek Unri periode 2022-2026. Ia diantarkan oleh keluarga besar Fakultas Perikanan dan Kelautan (Faperika) –setelah diadakan acara pelepasan di aula Dekanat Faperika oleh Dekan Prof Dr Ir H Bintal Amin MSc, para Wakil Dekan, Ketua Jurusan dan jajaran dosen, ke sekretariat panitia Pilrek di gedung Rektorat Unri. Ia pun secara sah dan resmi diterima menjadi salah seorang bakal calon rektor.

“Saya sangat serius. Ini sudah ditunjukkan sebagai pendaftar pertama. Dan, ini kan bukan yang pertama. Empat tahun lalu ini sudah dimulai. Yang berani awal-awal deklarasi maju jadi rektor, ya saya. Ini adalah bentuk pengabdian saya. Itulah bentuk keteguhan hati saya. Tentu saya sudah mengukur diri. Makanya saya ambil momen Hari Kebangkitan Nasional untuk mendaftar. Kita harus bangkit, mengubah Unri ke depan,” ujar Dr Ir H Deni Efizon MSc, saat bincang-bincang bersama Khabarmetro.com (inforiau group).

Keyakinannya semakin kuat. Karena, dari lima bakal calon rektor yang sudah resmi diterima panitia Pilrek saat ini, yang berasal dari luar sistem hanya dirinya sendiri. “Kan dari lima calon ini, cuma saya yang berasal dari luar sistem. Sedangkan yang empat lagi, mereka termasuk ke dalam sistem birokrat saat ini kata Deni lagi, sambil tersenyum.

Deni Efizon dan isteri.

Sosok Deni Efizon tidak asing lagi di Unri, terutama di lingkungan Faperika Unri. Ia menyelesaikan jenjang S1 (sarjana) di Faperika Unri pada 1990 lalu. Gelar S2 (Master) diperolehnya dari Universitas Kebangsaan Malaysia (UKM) pada 2001. Sedangkan gelar Doktor (S3), diselesaikannya pada 2012 di Universitas Padjadjaran Bandung dengan predikat Cum Laude dan lulus tercepat (2,5 tahun). Sementara gelar profesor, sedang dalam proses pengurusan. Kata dia, ini sudah ada tahapan, dan segera.

Kelebihan lain yang dimiliki ayah satu anak ini, adalah kekuatan jaringan (networking) skala Riau dan nasional. Antara lain, di Kementerian Investasi, dan juga kerja sama dengan perusahaan besar. Salah satunya dengan PT Pupuk Kaltim, yang salah satu proyeknya sedang berjalan di Papua Barat. Ada juga kerjasama dengan PT PLN, PT Pertamina di daerah operasi PHR (Pertamina Hulu Rokan). Banyak lagi proyek lain. Begitu pun di Kementerian Kelautan dan Perikanan, yakni menjadi tim Tim Penilai Evaluasi Efektivitas Pengelolaan Jenis Ikan yang Dilindungi dan/atau Jenis Ikan yang tercantum dalam Appendiks CITES, dimana hanya 4 universitas terlibat, se Indonesia. Disamping itu Deni juga Ketua Forum Selat Melaka yang melibatkan 4 provinsi, Aceh, Sumut, Riau dan Jambi.

Berbincang dengan Deni Efizon tentang Unri ke depan, banyak ide-ide baru. Terlebih bila dikaitkan dengan status Unri yang saat ini menuju PTN-BH (Perguruan Tinggi Negeri Berbadan Hukum). “Kalau saya, untuk menuju Unri PTN-BH ini, untuk mendapatkan sumber-sumber pendanaan, saya tidak ragu. Makanya, saya tidak mau jadi Wakil Rektor (WR). Sebab, seberapa hebat pun program Wakil Rektor, kalau nanti rektornya tidak setuju, ya tidak akan jalan juga. Karena Rektor itu kan adalah pengambil kebijakan,” jelasnya.

Apa saja yang akan dilakukan Deni untuk menunjang ketersediaan dana di Unri? Menurutnya, banyak. Ada program income generating. Misalnya, ada rumah sakit Unri yang sekarang sudah mulai jalan. Ini, kan bisa menjadi modal. Di sini, perputaran dananya sangat jelas. Karena PT yang masuk ke PTN-BH pastilah punya unit bisnis yang bisa menjamin secara kontinu.

Ada juga potensi lain, yang bisa diberdayakan. Di dalam kampus Binawidya saja, kata dosen Faperika Unri ini, misalnya di bidang perikanan. Dosen Unri itu ada 1.200, pegawai ada 800 orang. Berarti ada 2.000 ASN di Unri. “Ini tidak usah muluk-muluk, cukup 10% saja, artinya 200 orang. Kalau 200 orang ini setiap hari belanja 1 kg ikan, dan 1 kg sayur, berarti kita harus siapkan 200 kg ikan dan sayur setiap hari. Kenapa tidak diberdayakan kolam perikanan dan kebun-kebun sayur yang ada di kampus. Ini tentu akan bergerak sendiri. Mahasiswa atau alumni bisa kita berdayakan, mengelolanya secara professional. Hari ini, kita lihatlah, yang berkebun semangka itu orang luar, tetapi di dalam kampus Unri. Kenapa ini tidak dikelola oleh Unri sendiri,” kata Deni panjang lebar.

Dengan begitu, para mahasiswa, selain bisa mengembangkan jiwa entrepreneur-nya, mereka akan merasakan juga bahwa cara seperti ini akan lebih enak. Jadi, nanti mereka tidak semata-mata setamat kuliah ingin jadi ASN semua.

Lalu, tambah Deni, bisa dihitung dalam satu hari itu berapa banyak kendaraan yang masuk ke Unri. Kenapa ini tidak dimanfaatkan. Bisa beberapa merk kendaraan yang bisa diundang untuk buka bengkel di dalam kampus. Tanpa Unri harus mengeluarkan modal. Hanya perlu menyewakan lahan saja. Misalnya Honda saja. Kalau ada bengkel motor atau mobil di dalam, tentu akan lebih memudahkan dosen dan mahasiswa. Jika di kampus mau servis mobil, tinggal antar ke bengkel di dalam kampus, lalu dosen bisa mengajar. Begitu juga mahasiswa, bisa antar ke bengkel, lalu mereka bisa kuliah. Nanti selesai kuliah, motor atau mobil itu selesai.

Belum lagi, kata dia, kampus Dumai. Ada kawasan mangrove yang begitu luas. Di sini, nanti akan banyak pihak bisa diajak bersama-sama menjalankan usaha. Beberapa kegiatan pendukung pun bisa pula dikembangkan di kampus Dumai. Misalnya, membuka kelas vokasi di sana, untuk mendukung dunia usaha dan bisnis di Dumai.

 

Usung Visi Transformasi

Dari mana Deni Efizon akan membenahi Unri, jika nanti dipercaya menjadi rektor? Ia menegaskan, bahwa dirinya akan mengusung visi: transformasi. Menurutnya, kedepan Unri harus bergerak cepat. “Kita ingin bergerak cepat, berlari untuk mengejar ketertinggalan Unri. Kita harus berubah, kalau kita ingin maju. Kalau kita ingin tidak tertinggal dari yang lain,” ujarnya bersemangat.

Berbagai program perbaikan Unri ini, akan dijalankan bersamaan. Seperti pembenahan administrasi, pembinaan sumberdaya manusia (SDM), peningkatan IT atau digitalisasi, intenasionalisasi, dan inftrastruktur, harus dikerjakan cepat.

Ia menyontohkan, saat ini misalnya banyak gedung-gedung mangkrak di Unri. Ini pun tidak bisa dibiarkan begitu saja. Bangunan-bangunan ini harus pelan-pelan diselesaikan. Caranya, rektor nanti akan berkonsultasi dan komunikasi dengan semua pihak terkait. “Kita berharap, paling tidak di periode saya ini gedung-gedung mangkrak ini selesai,” ujarnya, sembari menyebutkan, tentu pembangunan yang lain juga harus jalan.

Misalnya saja soal gerbang Unri. Ini, kan harus mencerminkan perguruan tinggi yang bergengsi. Karena itu adalah wajah Unri. Ini, kan performace, jika bagus dari depan tentu ke dalam akan lebih bagus. “Sambil lucu-lucu ni ya, jika nanti dipercaya jadi rektor, awal-awal itu saya akan bangun lift-lah dulu di gedung Rektorat Unri itu,” kata Deni sambil tertawa.

Lalu, seperti apa Unri hari ini di mata Deni Efizon? Menurutnya, Unri bukan tidak ada perkembangan. “Ada,” tegasnya. Tapi, di luar itu orang berlari. Makanya, ia juga membuat tagline “Unri Berlari”, karena ingin mengejar ketertinggalan Unri dari universitas lain. “Unri juga harus berlari,” tegasnya lagi.

Ia menyontohkan, terkait ketertinggalan infrastruktur. Selain itu, juga dengan kondisi dunia sekarang, Unri pun harus memperkuat IT. Ingat, pada 2018 lalu, waktu maju jadi calon Rektor ketika itu, Menteri berpesan belanja IT harus besar. Karena ke depan ini akan diperlukan. Nah, diakui Deni, Unri hari ini IT-nya biasa-biasa saja. Akses internet dan lainnya, pun masih agak sulit.

Lalu yang lain, internasionalisasi. Dulu kata dia, ada KUI: Kantor Urusan Internasional. Saat rektor sebelumya, lembaga ini dibawah Rektor. Sekarang, KUI malah turun status, di bawah LPPMP. Sehingga perannya tidak nampak. Padahal, ini kunci Unri menjadi PT unggul. Banyak sekali peluang di luar yang belum dimanfaatkan.

“Kunci dari semua itu adalah ‘mau saja’. Misal untuk membangun infrastruktur, banyak sekali perusahaan yang bisa dimintai bantuan. Lakukan kerja sama, pendekatan dan rangkul mereka. Kalau rektor mau kerja keras, yakin mereka akan mau. Mereka kan beroperasi di Riau ini. Misal USU (Universitas Sumatera Utara), dibangun auditorium besar dengan hanya menempelkan nama Tanoto Foundation. Lalu di UI (Universitas Indonesia), ada gedung pasca sarja dibangun oleh Chevron. Padahal perusahan ini beroperasi di Riau. Apa yang monumental di Unri? Ya, tak bisa disalahkan mereka juga. Kalau kita perlu, tentu kita yang datang, tapi bukan dalam artian mengemis. Saya punya konsep untuk itu. Dengan master plan Unri, kita akan berkumpul dengan perusahaan-perusahaan besar yang beroperasi di Riau. Sampaikan maunya kita apa. Bisa mereka kerja sama untuk membantu Unri ini untuk maju. Saya yakin itu bisa,” katanya. Yang penting ada pendekatan, jemput bola. Pohon mangga di pekarangan yang jelas-jelas milik kita saja harus dijolok,” pungkasnya tersenyum.

Belum lagi, tambah Deni, hubungan Unri saat ini dengan pemerintah daerah belum maksimal. Ada beberapa kunci yang tidak dilakukan. Pertama, misalnya, pembentukan Dewan Pertimbangan. Unri itu punya dua, Dewan Pengawas (Dewas) dan Dewan Pertimbangan (Wantim). Kepemimpinan Unri saat ini tak pernah membuat Wantim, padahal ini amanat statuta. Wantim ini terdiri dari 5 unsur yang diketuai Gubenur Riau (ex officio). Lalu ada utusan tokoh masyarakat, pakar pendidikan, alumni dan pengusaha. Ini kalau diberdayakan, tentu akan jadi kekuatan besar untuk kemajuan Unri. “Kalau Gubri jadi Dewan Pertimbangan, pasti dia merasa tidak enak kalau tidak ada peran, tentu dia akan bertanya-tanya juga. Begitu juga dengan utusan dari unsur lain. Ini, bagi saya, jadi cabaran. Kita belum memberdayakan Gubri melalui Wantim,” ujarnya menyayangkan. Itulah kata dia, perlulah rektor punya banyak jaringan di luar. Jadi, dana di dalam ini bisa dimanfaatkan untuk meningkatkan kualitas SDM.

Yang paling tragis, kata dia lagi, banyak tenaga administrasi dan laboran di Unri, tetapi jarang yang mengembangkan diri mereka lewat pelatihan, atau upgrade pengetahuan. Ini karena dana Unri saat ini banyak terserap ke fisik. Sehingga dana-dana untuk non-fisik itu terbatas. Padahal, ini penting untuk mengejar prestasi universitas.

Lalu, terkait juga dengan rangking-rangking yang diberikan kepada Unri. Baik dari Kementerian Pendidikan, Riset & Teknologi maupun dari lembaga lain, seperti Webometrik dan lainnya. “Unri, kita lihat turun terus. Ini, kan kita bisa tahu bahwa lembaga-lembaga ini punya standar penilaian. Kan, tinggal dicari informasinya dan bisa diperkuat disitu untuk mendapatkannya. Sebenarnya tidak sulit asalkan kita mau,” ujarnya lagi.

Sementara terkait dengan alumni, menurut Deni, alumni sangat potensial untuk ikut bersama-sama memajukan Unri. Makanya mungkin selama ini belum dirangkul. Nanti jika dipercaya, tentu akan dirangkul semuanya untuk bisa maju bersama. Beberapa alumni di luar Unri, pun sudah selalu disampaikan agar memberikan masukan dan kritikan membangun untuk kemajuan Unri. Jangan sampai para alumni ini membiarkan Unri ini jalan sendiri. Dengan berkolaborasi dan bersinergi tentu akan bisa bersama melakukan transformasi untuk kemajuan Unri.**

Check Also

Pawai Ta’aruf MTQ Ke-XLII,Rohil Tampilkan Ratib Togak dan Kompang Silat

BAGANSIAPIAPI-Kabupaten Rokan Hilir (Rohil) pada perhelatan pembukaan Pawai Ta’aruf pada ajang MTQ Ke XLII tingkat …

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *