Jumat , 19 April 2024

Ini yang Membuat Dr. Ir. H. Deni Efizon, M.Sc Maju Pada Pemilihan Rektor Unri Periode 2022-2026

Berbekal Doa dan Dukungan Orang-orang Terdekat

Deni Efizon bersama keluarga.

WALAU tidak terpilih pada pencalonan pertama, Dr Ir H Deni Efizon MSc tetap bersyukur. Sebab, pada 2018 itu, terus terang katanya, sedikit pun tidak terpikir untuk menjadi rektor. Karena banyak aturan yang dilanggar dan benturan-benturan. Tapi, dengan kondisi seperti itu pun, waktu itu, terus diniatkan maju.

Dukungan pun, waktu itu, datang dari beberapa tokoh Unri. Misalnya Prof Muchtar Ahmad, Prof Ashaluddin Jalil, Alm. Prof. Amir Hasan dan lain-lain. Tentu saja ini tidak mungkin ditolak. Bahkan, ada statement dari Prof Muchtar Ahmad waktu itu: “Jika Anda tidak ikut maju saat ini, Anda jangan menyesal. Anda jangan salahkan. Anda jangan protes, kalau kondisi Unri nanti tidak bagus. Itu yang ditekankan ke saya. Karena ini adalah momen Anda,” ujar Deni, mengingat. Kunci terakhir ada di isteri. Prof. Muchtar memberi pengertian kepadanya agar menyetujui saya maju. “Begitu dia setuju saya oke maju,” tambah Deni.

Nah, pencalonan sekarang ini, yang kedua kali, tentu sudah full. Ketika pertarungan pertama itu usai, sudah dibangun pula jaringan-jaringan untuk niat maju kali kedua ini. Apalagi didukung oleh keluarga dekat. Mereka semua sama, ingin Unri berubah. Mereka terus saja mendukung. Jadi bekal dukungan, doa dan semuanya, baik dari keluarga dekat maupun para sahabat dan kolega, termasuk juga warga di dekat tempat tinggal, bahkan inshaaAllah support finansial pun mereka mau mendukung.

Soal menang dan kalah, Deni sangat yakin, itu memang takdir. “Kalau soal kalah, saya tidak ada masalah dan sudah dibuktikan, dan tidak pernah menjadi oposisi. Siapa yang menang, ya kita dukung. Bukan lantas kalah, kita jadi oposisi. Tapi terus ikut membantu untuk memajukan Unri. Ini sudah dibuktikan, ketika maju di Faperika, saya tetap dukung yang menang. Kalau kalah, sampai tidak teguran dan lain sebagainya, itu bukan sifat saya,” ujar Deni. Di Unri inilah, lanjut Deni lagi, hidupnya. Insya Allah panjang umur, sampai pensiun saya akan mengabdi di Unri.

Lalu, apa yang dilakukan jelang pemilihan nanti? Terus terang, secara khusus tidak ada. “Kita yakin saja, semuanya dari Allah SWT. Tugas kita hanya berusaha, ikhtiar dan setelah itu berdoa. Segala keputusan itu ada pada-Nya. Kalau Allah SWT sudah berkehendak, apapun hambatan yang terjadi atau halangan, inshaa Allah jadi. Tapi kalau tidak, ya tidak kan jadi juga,” ucapnya mantap.

Deni juga sempat bercerita panjang. “Saya punya pengalaman pribadi, terkait nasib dan rezeki. Pada waktu saya diterima jadi dosen. Waktu itu menerima gaji sebagai CPNS 80%. Waktu itu baru juga menikah. Pas pula waktu itu bulan puasa. Waktu itu ngontrak rumah di daerah Lembaga Pemasyarakatan, Pekanbaru. Dari gaji CPNS kami beli sebuah kulkas bekas di Pasar Bawah. Untuk menguji kulkas bekas ini dingin atau tidak saya beli air tebu, dan disimpanlah di dalam kulkas itu. Nah, waktu bedug bunyi saya bukalah kulkas ini. Apa yang terjadi? Waktu pintu kulkas dibuka, menggelinding-lah air tebu itu ke bawah dan pecah sampai di lantai. Mau diapakan lagi. Nah, ini hikmahnya, niat saya bagus. Waktu itu, bulan puasa pula. Kulkas dibeli dengan gaji, tapi ketentuan Allah SWT itu belum rezeki saya, tak sampai juga ke tenggorokan saya,” cerita Deni.

Di sisi lain, lanjutnya bercerita, ada pula tetangga waktu itu, di daerah Gobah, dia seorang gharim masjid. Kalau dilihat dari segi finansial rasanya kecil kemungkinan berangkat haji. Tapi atas kehendak Allah SWT, bisa naik haji. Dia berangkat haji dari sumbangan seseorang. “Saya kembalikanlah kesitu. Tapi, jangan pula kita menunggu saja takdir itu datang. Tentu kita harus juga terus berusaha dan berdoa. Dan, percayalah, kalau itu takdir kita, ya pasti akan sampai,” ucapnya.

Bagaimana dengan komitmen untuk merangkul, jika seandainya menang dan ditakdirkan nanti menjadi Rektor Unri? Kata Deni, dirinya malah berpikir, jika terpilih jadi rektor, dalam kabinetnya akan diisi oleh orang-orang yang beragam. Dimana semua fakultas itu harus punya wakil di kabinet tersebut. Sehingga jika ada sesuatu masalah atau info di fakultas masing-masing, maka akan cepat diketahui. Atau jika ada info dari rektorat ke fakultas, tentu juga akan cepat sampainya. Dengan seperti inilah komunikasi bisa dibangun dan kerja cepat bisa dilaksanakan.

Sebab, Deni sangat paham, jika hanya bergantung pada fakultas yang banyak mahasiswa, tentu tidak bisa. Karena apa? Menurutnya, karena 10 fakultas ini, ditambah dengan 1 program pascasarjana di Unri saat ini, adalah satu kesatuan yang tidak bisa dipisahkan. Misalnya Fakultas Kedokteran, Keperawatan, dan Hukum mahasiswanya sedikit, sementara FKIP, FISIP dan FEB yang begitu banyak mahasiswanya, lalu dana lebih banyak, ya tidak begitu. Karena itu perlu juga nanti dilakukan subsidi silang.

“Saya ingat waktu itu, ketika bekerja di swasta, ketika di PT Charoen Pokphan Indonesia Tbk, selama tiga tahun. Ada satu produk yang dibuat hanya untuk menghasilkan uang. Lalu, contoh lain, di Uni***r. Dari sekian banyak produk tidak semua untuk mencari uang, tapi ada produk untuk menandingi kompetitor. Nah, di Unri kalau kita membuka program S3 misalnya, kalau mau mencari uang dari sini, tentu tidak bisa. Tapi lewat program S3 yang dibuka ini, tujuannya adalah untuk menaikkan nama Unri,” bebernya memberi contoh. **

Check Also

Wabup Pimpin Apel Sekaligus Halal Bihalal Pasca Libur Hari Raya Idul Fitri 1445 H

BAGANSIAPIAPI- Wakil Bupati Rokan Hilir (Rohil) H. Sulaiman,SS.MH memimpin Apel pagi 17 hari bulan dan …

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

slot thailand slot gacor resmi demo slot