Senin , 29 April 2024

Ema: Tanpa BPJS Kesehatan, Saya Mungkin Tidak bisa Berobat

Ema saat ditemuai di kediamannya di Jl Pesisir Gg Rumbio  Kelurahan Meranti Pandak, Rumbai, Pekanbaru, Riau, belum lama ini.

RASA syukur yang amat mendalam diungkapkan oleh Asima Desyanna Nainggolan, selah seorang penderita Kanker Payudara stadium empat tinggal di Jl Pesisir Gg Rumbio RT 04 RW 06 Kelurahan Meranti Pandak kecamatan Rumbai Pekanbaru, Riau. Berkat program JKN KIS BPJS Kesehatan dirinya bisa berobat gratis dengan pelayanan yang masimal dari pihak rumah sakit Awal Bross Pekanbaru.

Ibu anak dua ini sebenarnya sempat trouma dengan pelayanan pihak rumah sakit terhadap pasien BPJS kesehatan. Hal itu terjadi, ketika ibu dan kakaknya masuk rumah sakit dan berobat dengan menggunakan Kartu BPJS Kesehatan, karena kurang mendapatkan pelayanan yang baik dari pihak rumah sakit.
“Awalnya pada tahun 2014 lalu, orang tua saya masuk rumah sakit karena terkena Kanker Payudaya. Waktu itu ibu saya (Asnimar,red) menggunakan kartu BPJS kesehatan dan dirawat rumah Sakit Umum Pekanbaru. Terus terang kami kecewa dengan pelayanan rumah sakit umum kala itu, dimana pihak rumah sakit terkesan menomorduakan pasian dari BPJS kesehatan, sehingga orang tua kami, kami bawa pulang dan hanya berobat kampung. Tahun 2017 orang saya meninggal,” jelas ibu ini sedih.
Kekecewaan yang sama juga terjadi pada kakaknya Renata Hotmian Nainggolan yang juga terserang penyakit Kanker Payudara dan akhirnya meninggal pada tahun 2019. “Kami sekeluarga yakni ibu saya, kakak dan saya sendiri sama-sama terserang penyakit yang sama yakni Kanker Payudara. Kalau saya sekarang sudah stadium empat. Kata dokter Kanker tersebut sudah melobangi tulang belakang saya sampai ke tengkuk,” kata yang akrab di panggil Ema ini.

Ema menyebutkan penyakit Kanker yang dideritanya itu, diketahuinya sejak tahun 2019, namun karena trauma dengan kejadian pada ibu dan kakaknya, dia tidak mau berobat ke Rumah Sakit dan dilakukannya dengan berobat kampung.
Bahkan sejak tahun 2017 tersebut iyuran BPJS kesehatan tidak dibayarnya lagi.
“Kami awalnya masuk BPJS Kesehatan secara mandiri (bayar sendiri,red) karena kecewa dan ekonomi kami juga sulit, maklum suami saya hanya buruh bangunan, maka iyuran BPJS Kesehatan tidak kami bayar lagi. Sejak itu kami hanya berobat kampung saja,” jelasnya.

Karena penyakit yang dideritanya semakin para dan dia tidak sanggup menahan rasa sakit lagi, suaminya berupaya untuk mengurus Kartu Indonesia Sehat (KIS) dan setelah segala persyaratan dipenuhi, Bulan Juli 2022, Kartu BPJS nya aktif dan bisa dipergunakan. Meskipun demikian, dia tidak mau berobat di rumah sakit umum, dari Paskes pertama yakni Puskesmas Rumbai dia dirujukan ke rumah sakit Ibnu Sina, tapi karena peralatan tidak lengkap, dia diberi dua pilihan yakni rumah sakit Umum atau rumah sakit Awal Bros.

“Kami pilih Awal Bross. Alhamdulillah semua pelayanan disana sangat bagus, saya sangat bersyukur dengan menggunakan kartu BPJS Kesehatan saya dapat berobat dirumah sakit Awal Bros. Semua-semuanya bagus. Saya sudah selesai Kemo sebanyak enam kali Kemo. Per8tama diperiksa semuanya, ternayata diemulan Kankernya ganas diatas ganas. Sudah stadium tiga mau stadium empat. Kemudian di Kemo enam kali, baru bulan Januari 223 kemarin dioperasi dihabiskan. Kemudian lanjut sinar sebanyak 25 kali. Siap sinar itu, diperiksanya dengan MRI atau apalah namanya itu, kata dokter ini sudah stadium akhir ni buk, kita berdoa aja minta mukjizat tuhan aja lagi. Namun kita tetap berusaha, kata dokter,” ungkap ibu dua anak ini dengan meneteskan air mata.

Meskipun demikian, dorongan dari suaminya serta melihat anak-anaknya yang sangat membutuhkan dia, menjadi motivasi yang membuat dia tetap kuat dan terus berjuang untuk hidup dan sekarang menjalani sinar selama 40 kali lagi. Meskipun kanker tersebut menurut dokter sudah melobangi tulang-tulang belakangnya mulai dari tulang tengkuk sampai ke tulang ekor.

“Kata suami saya, orang sehat juga bisa meninggal. Jadi jangan takut, semua kita akan Meninggal. Jalani ajalah, serahkan semua pada Allah, kata suami saya. Hal ini membuat saya tetap kuat dan tidak terlalu memikirkan penyakit yang saya alami. Saya terus berbuat dan bekerja apa yang bisa saya kerjakan,” jelasnya.

Selama berobat mengunakan kartu BPJS Kesehatan, Ema tidak menemui kendala apapun. “Alhamdulillah, BPJS Kesehatan ini sangat membantu sekali. Selama setahun ini berobat, kami tidak dikenakan biaya apapun. Kami tidak bisa banyangkan, karena kami dengar dari salah seorang warga keterunan Tionghoa yang berobat mengunakan biaya sendiri, untuk beli obat Kemo saja bisa mencapai Rp25 juta, belum lagi biaya dokter, perawat dan biaya lainnya. Itupun sekali Kemo obat yang masuk tiga, nanti sekian jam masuk tiga lagi,” ujarnya.

Ema mengaku tidak bisa membanyangkan berapa banyak biaya yang dikeluarkan BPJS Kesehatan untuk biaya berobat dirinya ke rumah sakit selama setahun ini. “Kemarin saya sempat drop juga, karena saat berobat ada teman yang sama-sama berjuang dengan saya, sama-sama operasi, saat ini dia tidak bisa berjalan lagi, dia di kursi roda saja lagi karena kankernya sampai ke otak. Jadi kata dokter, jagan stress ya bu, kalau ibu stress, apa ibu mau duduk di kursi roda seperti ibu itu, kata dokter sambil menunjuk teman saya. Saya bilang saya tidak mau dok. Dan hal ini membuat saya semangat lagi,” ujatnya.

Dengan mata berkaca-kaca dan penuh harap, Ema menyampaikan dan bertekat demi keluarga dia akan terus berjuang melawan penyakitnya dan berharap bisa sembuh. “Demi keluarga dan demi anak-anak saya ini,” katanya sambil mengusap rambut salah seorang anaknya kebetulan duduk didekatnya.
“Saya akan terus berjuang melawan penyakit saya. Semoga Allah SWT memberikan kesembuhan dan kami bisa terus bersama, aamiin,” harapnya.
Misa, salah seorang tetangga Ema menyebutkan, Ema ini merupakan orang yang kuat, semangat hidupnya sangat tinggi. Buktinya meskipun penyakit kanker yang diderita sudah stadium empat, tetapi dia tidak seperti orang sakit.
“Dia terus berkerja, bahkan dia ikut juga membantu suaminya mencari napkah dengan berjualan dan mencari barang-barang bekas. Saya salut dengan semangat hidupnya. Semoga Allah SWT menyembuhkan penyakitnya, kasihan juga anak-anaknya masih sangat membuthkan dia,” ujar Mira. (ar)

Check Also

Manajemen-Karyawan PTPN IV Region III Komitmen Perkuat Sinergitas Akselerasi Kinerja Perusahaan

Region Head PTPN IV Regional III Rurianto saat memberikan pengarahan dalam kegiatan Halal Bi Halal …

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *