Bengkalis (Khabarmetro.com) – Masyarakat Melayu Kecamatan Bukit Batu Kabupaten Bengkalis mengenal berbagai tradisi seputar pernikahan, mengingat pernikahan merupakan suatu hal penting dan dianggap sakral dalam siklus hidup manusia, yang merupakan warisan leluhur yang disebut dengan tradisi.
Meski ramainya konsep pernikahan bergaya internasional dan di era modern perkawinan bergaya tradisional masih diminati oleh banyak masyarakat Kabupaten Bengkalis tak terkecuali terkhususnya di Kecamatan Bukit Batu.
Pasalnya, banyak yang meyakini bahwa pernikahan dengan adat tradisional sesuai adat istiadat berbagai suku dinilai memiliki makna yang lebih sakral dan unik serta kedekatan yang mempererat ketimbang pernikahan bergaya ala moderen.
Hal ini disampaikan Ketua Dewan Pengurus Harian Lembaga Adat Melayu Riau (DPH LAMR) Kecamatan Bukit Batu Kabupaten Bengkalis Datok H Rusdi Ispandi, Senin (21/12/2020).
Dikatakan Rusdi arakan kompang adalah tradisi seputar pernikahan masyarakat melayu Kabupaten Bengkalis khususnya di Kecamatan Bukit Batu, yang dilakukan dengan cara, di arak dengan kompang menuju rumah pengantin perempuan di sambut dengan silat khas Melayu. Sebelum pengantin laki – laki masuk rumah pengantin perempuan, pintu akan di tutup menggunakan kain panjang untuk menghalangi pengantin pria .
“Untuk bisa melewati pintu tersebut, pengantin pria beserta rombongannya harus memenuhi apa saja yang diminta oleh mempelai perempuan yang di sertai berbalas pantun.” Papar Rusdi.
Selain itu, Datok Ispandi mengatakan pernikahan tradisional dapat memberikan kedekatan yang lebih dibandingkan pernikahan bergaya modern atau internasional.
“Momen ini lebih intim, baik dari segi kultur, tradisi yang turun temurun dan secara keluarga lebih dekat,” ucap Datok H Rusdi.
Lebih lanjut Datok Rusdi mengatakan, ini tidak lepas dari bentuk penghormatan, juga dilaksanakan untuk mempererat silaturahmi antar dua keluarga yang akan disatukan dalam suatu prosesi pernikahan. pihak mempelai laki-laki akan berjalan menuju rumah pengantin perempuan akan dikawal seperti Raja yang di sebut Raja sehari serta didampingi seorag gading gading yang masih bujang dan diiringi dengan kompang membawa tepak sirih yang diikuti rombongan sambil tidak lupa membawa berbagai macam bawaan untuk pengantin perempuan
Oleh karena itu, daya tarik perkawinan tradisional inilah yang membuat banyak orang ingin merekam pernikahan dengan unsur tradisi untuk kenang kenangan sebagai nostalgia di hari tua.
“Ada rasa nostalgia yang bisa membuat kita kembali dekat dengan akar tradisi yang mana itu sendiri mendirikan rasa kedekatan kita dengan seni dan budaya kita sebagaiman pendahulunya di zaman modern ini,” kata Datok H Rusdi Ispandi kepada wartawan media ini.
Dikatakan Datok Rusdi, selain sebagai bentuk penghormatan, juga dilaksanakan untuk mempererat silaturahmi antar dua keluarga yang akan disatukan yang disebut pernikahan yang sangat berkesan dalam proses perjalanan yang lumayan panjang ke puncak pernikahan yang di mulai dari Merisik sampai ke prosesi pernikahan.
“Merisik yaitu, keluarga calon pengantin lelaki dibutuhkan seorang juru bicara yang berasal dari pemangku adat atau para sesepuh serta diikuti kepala desa dan keluarga pihak lelaki untuk melobi dan meyakinkan pihak keluarga perempuan. Setelah persetujuan sudah disepakati kedua belah pihak keluarga, prosesi kemudian dilanjutkan dengan menentukan hari antaran belanja serta akan di laksanakannya Akad Nikah yang sebelum nya akan dilaksanakan terlebih dahulu pengantin perempuan dan pengantin lelaki di Tepuk Tepung Tawar yang ditabuh kompang dihadiri tamu undangan,” jelasnya.
Setelah akad nikah sudah diucapkan maka kedua mempelai pengantin sah secara agama adat dan hukum negara pesta pernikahan kemudian di meriahkan dengan hiburan musik dihadirkan penyanyi biduan dan penari
“Ya, sejatinya banyak hal positif yang penting bisa di ambil dari pernikahan itu sendiri, terutama banyak melibatkan para pemangku adat,para tokoh masyarakat baik dari pihak lelaki maupun perempuan juga kedekatan antar daerah menjadi kekeluargaan bisa saling bersilahturahmi,banyak hal suatu hikmah yang bisa di ambil yang tidak mengenal bisa saling mengenal,sperti pepatah Melayu” tak kenal make tak sayang,tak sayang make tak cinta,” tuturnya.
Adat pernikahan tradisional ini merupakan momentum yang hanya sekali seumur hidup. Menikah dengan konsep tradisional penuh dengan adat istiadat sesuai dan sejalan budaya orang Indonesia yang dekat dengan tradisi.
Dan seiring perubahan zaman, tradisi ini dalam pernikahan adat Melayu Khususnya di kecamatan Bukit Batu insyaallah masih tetap berjalan sebagaimana mestinya. itu karena banyaknya nilai luhur yang dapat diambil dari prosesi adat tersebut, seperti saling menghormati, mempererat tali silaturahmi, dan menghargai perempuan seperti menghargai ibu kita sendiri.
“Semoga tradisi adat pernikahan khususnya adat Melayu ini selalu terjaga sampai ke anak cucu kita, apa yang sudah diturunkan nenek moyang kita terdahulu, tak terkecuali juga untuk berbagai adat istiadat masing – masing suku bangsa. Meski perubahan zaman semakin pesat yang tradisinya sudah semakin bergaya, tapi adat dan tradisi harus tetap ada dan kita pertahankan,” harap Rusdi Ispandi. (Feature/Cok)