Jumat , 29 Maret 2024

Prasasti Kota Kapur

Batu Bersurat Peninggalan Sriwijaya

 

 

 

 

Inilah Prasasti Kota Kapur, bukti nyata keberadaan Kemaharajaan Sriwijaya. Prasasti ini berbentuk tiang batu bersurat. (Foto: dok Disbud Riau)

PEKANBARU (Khabarmetro.com) – Prasasti Kota Kapur adalah bukti nyata keberadaan Kemaharajaan Sriwijaya. Prasasti berbentuk tiang batu bersurat ini ditemukan di pesisir barat Pulau Bangka, Desa Kota Kapur, Mendo Barat, Kabupaten Bangka.

Tulisan pada prasasti ini ditulis dalam aksara Pallawa dan menggunakan bahasa Melayu Kuno, serta merupakan salah satu dokumen tertulis tertua berbahasa Melayu. Prasasti ini dilaporkan penemuannya oleh J.K. van der Meulen pada Desember 1892. Prasasti ini merupakan prasasti pertama yang ditemukan mengenai Kedatuan Sriwijaya.

Orang pertama yang menganalisis prasasti ini adalah H. Kern, seorang ahli epigrafi Belanda yang bekerja pada Bataviaasch Genootschap di Batavia. Awalnya Kern menganggap “Śrīwijaya” adalah nama seorang raja. George Coédes-lah yang kemudian mengungkapkan bahwa Śrīwijaya adalah nama sebuah kerajaan di Sumatera pada abad ke-7 Masehi. Sebuah kerajaan yang kuat dan pernah menguasai bagian barat Nusantara, Semenanjung Malaya, dan Thailand bagian selatan.

Hingga 2012, prasasti Kota Kapur berada di Rijksmuseum (Museum Kerajaan) Amsterdam, negeri Belanda dengan status dipinjamkan oleh Museum Nasional Indonesia.

Prasasti Kota Kapur adalah salah satu dari lima batu prasasti kutukan yang dibuat oleh Dapunta Hyang, seorang penguasa dari Kadātuan Śrīwijaya. Di dalamnya berulang disebutkan kata çrivijaya.

Prasasti ini dipahatkan pada sebuah batu yang berbentuk tugu bersegi-segi dengan ukuran tinggi 177 cm, lebar 32 cm pada bagian dasar, dan 19 cm pada bagian puncak.

Prasasti Kota Kapur adalah prasasti Śrīwijaya yang pertama kali ditemukan, jauh sebelum Prasasti Kedukan Bukit (Palembang pada 29 November 1920), dan Prasasti Talang Tuwo (17 November 1920).

Prasasti ini, Sriwijaya diketahui telah menguasai bagian selatan Sumatra, Pulau Bangka dan Belitung hingga Lampung. Prasasti ini juga menyebutkan bahwa Sri Jayanasa telah melancarkan ekspedisi militer untuk menghukum “Bhumi Jawa” yang tidak berbakti (tidak mau tunduk) kepada Sriwijaya.

Peristiwa ini cukup bersamaan waktunya dengan perkiraan runtuhnya Tarumanagara di Jawa bagian barat. Ada kemungkinan hal tersebut akibat serangan Sriwijaya. Sriwijaya tumbuh dan berhasil mengendalikan jalur perdagangan maritim di Selat Malaka, Selat Sunda, Laut Cina Selatan, Laut Jawa, dan Selat Karimata.

Prasasti Kota Kapur ini, beserta penemuan-penemuan arkeologi lainnya di daerah tersebut, merupakan peninggalan masa Sriwijaya dan membuka wawasan baru tentang masa-masa Hindu-Budha pada masa itu.

Prasasti ini juga membuka gambaran tentang corak masyarakat yang hidup pada abad ke-6 dan abad ke-7 dengan latar belakang Buddha.

Duplikasi Prasasti Kota Kapur ini juga dipajang di Museum Sang Nila Utama Riau. Hal ini diungkapkan Kadis Kebudayaan Riau, Yoserizal Zen. (fed)

Check Also

Dorong Ekonomi Masyarakat Jelang Lebaran, PTPN IV PalmCo Gelar Mudik Gratis dan Pasar Murah

Pekanbaru – Sub Holding Perkebunan Nusantara, PT Perkebunan Nusantara IV PalmCo akan menggelar Mudik Gratis …

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

slot online link slot gacor slot gacor resmi