Sabtu , 20 April 2024

Penuntun Sunnah di Jalan Naga

Ada euforia ditahun 2012 itu. Riau tuan rumah Pekan Olahraga Nasional untuk pertama kali. Tapi saya sebaliknya: Kecewa uang triliunan rupiah APBD Riau terkuras. Padahal harusnya gunakan dana pusat. Kemudian nilai kemanfaatannya bisa kita perdebatkan.

Pelampiasan kecewa saya saat itu, jalan Naga Sakti sebagai akses yang dibangun bersamaan dengan Stadion Utama Riau yang tampak megah dari luar itu tidak pernah saya lintasi, berbulan-bulan. Saya rela memutar lebih jauh.

Tidak hanya tentang APBD yang memengkalkan hati tadi, atau nilai kemanfaatan anggaran, tapi, ada romantika yang disapu habis karena pembangunan stadion utama dengan segala aksesnya.

Di kawasan jalan Naga Sakti dan stadion itu sebelum ada, tiga atau empat tahun sebelumnya masih jadi lokasi hacking favorit bagi kami anak-anak Unri. Juga dari luar. Ada: rawa, sungai kecil, tebing, hamparan ilalang, semak belukar. Lebih dari cukup untuk bercengkrama dengan alam dengan ongkos anak kos.

Satu dekade kawasan stadion beserta jalan Naga Sakti yang satu paket itu, berbagai kisah tersaji sudah. Kemanfaatannya saat ini pasti ada. Setidaknya bagi pedagang kecil hingga jasa mainan anak-anak.

Di sisi lain, ingatan kita mungkin masih membekas, di kawasan ini jadi tempat menyeramkan bagi sebagian orang: Ulah Klewang bersama anak-anak asuhnya. Juga tidak aneh temuan alat kontrasepsi bekas pakai berserakan disekitar kursi yang disedikan penjual jagung di situ. Dulu. Dan yang terbaru itu tenda ceper.

Lalu, penampakan sore petang kemarin yang berbeda dari yang lain di pinggir jalan itu membuat saya ingin singgah : Lapangan berlatih kuda.

Pastinya lapangan berlatih kuda ini, yang mereka sebut stable, bukan satu-satunya di Pekanbaru. Lainnya ada di persimpangan SKA itu. Yang diklaim pengelolanya beberapa waktu lalu satu-satunya ditengah kota di Indonesia. Mungkin dunia.

Sebenarnya sudah berapa bulan lalu keberadaan lapangan berlatih kuda di jalan Naga Sakti itu. Namanya Salam Stable.

Keberanian anak-anak menunggang kuda di tempat itu pastinya pemandangan yang berbeda bagi saya. Bahkan dengan hewan itu saja saya masih amat merasa asing. Namun, ada satu hal yang jauh lebih menarik keingintahuan saya: salah seorang pelatih penunggang kuda yang perawakannya saya amati masih usia awal kepala dua.

Benar. Namanya Ariaji, usia 21 tahun. Belajar berkuda di usia 13 tahun saat masih kelas 1 SMP. Di Okura Rumbai. Lalu pernah di Kampar dan Palembang.

“Merawat dan belajar 2 tahun. 5 tahun terakhir masuk jadi pelatih kuda,” kata Ariaji.

Ternyata, tidak dia satu-satunya di keluarga Ariaji jadi pelatih berkuda ini. Juga Ayahnya. Itu Dulu. Bahkan empat orang adiknya yang masih duduk di bangku sekolah dasar dan menengah sudah diajari cara berkuda.

Menjadi pelatih berkuda untuk kebutuhan ekonomi itu jelas. Dan motivasi lain bagi setiap orang memilih menceburkan diri pada sebuah pekerjaan tentu berbeda.

“Karena berkuda disukai Rasul” itu sebut Ariadi jadi salah satu motivasinya.

“Jadi kita harus belajar. Selain memanah dan berenang” tambah dia.

Pengalaman yang ini tidak terlintas dipikiran saya sebelumnya, yang akan dialami seorang pelatih berkuda: Digigit dan diinjak kuda.

Dia memperlihatkan bagian tangan kanan yang robek dan bekas yang memerah. Kejadiaanya dua pekan lalu. Harus mendapat perawatan di rumah sakit.

Tidak hanya itu. Dia mengaku juga pernah diinjak setahun lalu. Sampai-sampai berhenti berkuda sebulan lamanya. Saya tanya: Trauma? Jawabannya: Tidak. Untuk kedua pengalaman itu.

“Yang penting percaya aja sama kuda. Kayak teman baik kita. Pas salah harus dimarahin, dan harus tegas sama kuda,” sebut dia menimpali pertanyaan trauma saya itu.

“Saya ingin menjadikan bekuda ini bagi orang-orang sebagai hobi,” ini motivasi Ariaji yang lain.

Tidak sampai di situ. Menjadi pelatih berkuda bagi Ariaji juga jadi kebanggaan, melanjutkan apa yang dilakukan Ayahnya dulu. Keinginan suatu saat nanti jadi atlet, atau mencetak atlet adalah salah satu impian dari anak sulung di keluarganya ini.

Ufuk senja mulai membentang. Ariaji masih melayani pelanggan yang datang. Saya izin pamit. Dengan takzim sepuluh jari dari yang masih jauh dari sunnah itu untuk penjaga sunnah.

 

Check Also

Yayasan Sekawan Serahkan Nasi Kotak untuk Anak-anak Panti Nur Rahmat Ilahi Kubang

Pekanbaru (khabarmetro.com) – Sebagai wujud kepeduliannya terhadap anak-anak yatim dan piatu serta anak-anak terlantar, Selasa …

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

slot thailand slot gacor resmi demo slot