Jumat , 29 Maret 2024

Pasir Putih Memikat Hati, Sayang Jalan Rusak Sana Sini

Eksplor Destinasi Wisata Pulau Rupat, Tertarik Karena Gencarnya Ekspos (bagian-1)

 

Laporan KHAIRUL AMRI, Dumai dan Bengkalis
amrik4551@gmail.com

 

SEJAK tol Pekanbaru ke Dumai (Permai) beroperasi, keinginan orang untuk bepergian ke sana makin tinggi. Termasuk ke Pulau Rupat. Walau letaknya di Kabupaten Bengkalis, tapi juga mudah dikunjungi lewat Dumai. Ekspos tentang pulau ini pun gencar dilakukan.

Saya dan keluarga, adalah satu dari sekian banyak orang yang tergiur untuk datang dan melihat langsung keindahan Pulau Rupat. Walau tol Permai sudah berbayar, sejak 10 November 2020, tetap tak membuat niat ke pulau ini surut. Semangat untuk ke sana, dan ingin membuktikan langsung, apa iya Pulau Rupat seperti yang banyak diekspos, baik di media massa maupun di media sosial.

Sabtu pagi (14/11/2020), semua persiapan untuk berangkat sudah ready. Semua keperluan sudah pula masuk ke dalam mobil. Kami bertiga, saya, istri Rokiah dan anak Alifia Ananda Shalehah segera berangkat menuju Kota Dumai dan lanjut ke Pulau Rupat.

Jam di tangan pukul 09.00 wib. Mobil bergerak dari rumah kami di Panam menuju pintu tol Permai. Sekitar 40 menit, mobil tiba di gerbang tol. Tak nampak antrean kendaraan di pintu masuk tol Permai. Lancar-lancar saja. Walau sedikit lambat, karena tol sudah berbayar, tapi semua relatif aman. Mobil kami pun melaju di aspal hitam tol Permai nan mulus.

Sekitar 1,5 jam perjalanan, kami tiba di gerbang keluar tol Permai. Kartu tol (uang elektronik) ditempel, portal tol pun terbuka. Tertulis di layar Rp118.500, dan masih ada sisa yang di kartu tol saya sekitar Rp34 ribuan. Mesti begitu. Kartu tol wajib dipastikan terisi saldo cukup, sebelum melaju dan menjajal tol tersebut. Kalau tidak, bisa kesulitan di gerbang keluar tol. Mesti antre di lajur paling kiri, baru bisa keluar tol, setelah ada petugas yang membantu.

Mobil kami berbelok ke kanan menuju arah kota. Cuaca Dumai lumayan bersahabat. Sedikit mendung, tapi tidak hujan. Saya jadi ingat kata kawan di Dumai, namanya Selamat Riyadi, mudah-mudahan tidak hujan, agar perjalanan ke Pulau Rupat aman dan nyaman.

Dipandu teman saya itulah, via telepon, mobil kami bergerak menuju pelabuhan Ro-ro Dumai. Letak pelabuhan ini di Desa Purnama, Pangkalan Sesai. Hanya perlu waktu sekitar 15 menit dari kota Dumai, untuk sampai ke sini. Jika menggunakan google map, pun mudah. Sudah ada panduan dari aplikasi pintar itu, sampai kita ke pelabuhan roro.

Tiba di pelabuhan Ro-ro Bandar Sri Junjungan, Desa Purnama, cuaca agak mendung. Gerimis pun seperti mau pula ikut mengiringi jalan kami menuju Pulau Rupat. Saya tetap semangat, sambil berdoa: mudah-mudahan tidak turun hujan di seberang sana. Agar perjalanan kami menuju destinasi wisata Pulau Rupat bisa lancar dan menyenangkan.

Di loket roro saya beli tiket. Untuk mobil saya, mini bus (Ertiga GL), masuk kendaraan Golongan IV. Biaya naik roro, mobil golongan ini: Rp130 ribu. Ditambah dua penumpang, istri dan anak saya, Rp20 ribu. Total ongkos jadi Rp150 ribu. Oh iya, di pintu masuk pelabuhan roro, mesti bayar parkir Rp5 ribu. Itulah semua biaya yang harus saya keluarkan, untuk bisa menyeberang ke Pulau Rupat satu kali jalan.

Kondisi pelabuhan Roro Bandar Sri Junjungan, sepintas, boleh dibilang menyedihkan. Bangunan utamanya bagus. Tapi beberapa fasilitas gedung ini, nampak mulai rusak. Saya, karena baru kali pertama menyeberang ke Pulau Rupat, sempat membayangkan pelabuhan roro ini seperti roro ke Bengkalis dari Sungai Pankning. Tapi ternyata kondisinya jauh berbeda.

Loket tiketnya saja, mesti pula mobil diparkir dulu, baru antre di dekat loket tiket. Bagi saya yang sudah beberapa kali lewat di pelabuhan roro, rasanya perlu juga kondisi ini jadi perhatian pemerintah. Apalagi jika Pulau Rupat mau dipromosi jadi destinasi wisata Provinsi Riau.

Saya tak ingin panjang menulis tentang Roro Bandar Sri Junjungan. Karena tujuan saya ke sini, menyeberang ke Pulau Rupat dan menikmati destinasi wisata di sana.

 

MOBIL siap-siap turun dari roro. Hanya perlu waktu sekitar 45 menit dari Dumai, hingga merapat ke Pelabuhan Roro Pulau Rupat, di kawasan Tanjung Kapal. Saya dan keluarga senang. Sebentar lagi akan menikmati beberapa destinasi wisata di Pulau Rupat.

Bayangan saya, semua akan hebat. Karena beberapa waktu sebelumnya, Gubernur Riau H Syamsuar MSi dan Penjabat Bupati Bengkalis H Syahrial Abdi AP MSi beserta rombongan, datang ke sini. Mereka malah membuat video, ekspos tentang keindahan Pulau Rupat. Bagaimana pulau ini bisa menjadi salah satu tujuan wisata bagi masyarakat Riau dan wisatawan lokal dari daerah lain, termasuk dari luar negeri. Terus terang, saya dan keluarga pun terbius oleh ekspos itu. Makanya weekend kali ini, kami memilih Pulau Rupat tempat jalan-jalan keluarga.

Gerbang pintu roro dibuka. Mobil saya bergerak ke luar, menuju daratan. Sepintas, saya lihat pelabuhan Roro Tanjung Kapal ini mirip dengan pelabuhan roro lain. Tidak ada yang terlalu istimewa.

Berjalan di atas pelabuhan roro ini, kesannya biasa saja. Tapi, begitu sampai di darat, perasaan saya mulai tak karuan. Agak bingung. Kenapa tidak ada petunjuk sama sekali. Bukankah ini destinasi wisata? Tapi belum nampak sama sekali tanda-tanda itu.

Kondisi jalan, saat menuju daratan, jauh dari harapan. Ekspektasi saya, begitu menginjakkan kaki di Pulau Rupat, infrastruktur seperti jalan utama dan jembatan, pastilah bagus dan mendukung. Namun ternyata, ini yang jadi persoalan. Baru saja tiba di darat, kita disuguhkan pemandangan jalan yang rusak. Ketika melihat itu, yang muncul di hati justru keraguan: jangan-jangan kami tidak jadi sampai ke destinasi wisata.

Barulah saya ingat ucapan teman, mudah-mudahan tidak hujan. Sebab, kalau hujan maka jalan akan sulit dilalui. Awalnya saya kurang yakin. Tapi ketika melihat langsung seperti itu, saya cuma bisa senyum dan geleng-geleng kepala.

Beruntung teman saya ini, datang tepat waktu. Dia ini asal dari Dumai. Tapi istrinya asli Pulau Rupat. Setiap pekan atau paling tidak dalam 1 bulan, pasti dia akan bermalam di pulau ini. Kebetulan pula ada lahan kebunnya di sini. Beberapa usaha keluarga istrinya pun, dia jalankan bersama adik-adiknya. Itulah yang membuat teman saya ini sangat paham dengan medan di Pulau Rupat.

Ketika saya ceritakan soal kondisi jalan dan jembatan yang saya ketahui, teman ini hanya senyum. Kata dia, itulah yang jadi masalah. Masih belum dibenahi secara menyeluruh infrastruktur jalan dan jembatan disini.

Padahal, ekspos tentang destinasi wisata Pulau Rupat sudah sampai kemana-mana. Cuma begitu orang datang, selalu saja terkejut dan merasa tidak puas. Karena apa yang diekspos dengan apa yang mereka lihat langsung, justru kurang sinkron. Alhasil, banyak juga yang hanya mau datang 1 kali ke Pulau Rupat. Setelah itu mereka mikir-mikir mau datang lagi.

Sebelum mulai perjalanan, saya cek google map. Jarak tempuh dari Tanjung Kapal di Kecamatan Rupat ke Tanjung Medang di Kecamatan Rupat Utara, sekitar 80 kilometer. Perlu waktu sekitar 2 jam menuju ke sana. Nah, info dari teman di sebelah saya, pun ternyata sama. Cuma kata teman ini, tergantung kondisi badan jalan yang akan dilalui.

Setelah didiskusikan, perjalanan siang itu pun kami mulai. Awalnya mau diajak teman ini lewat jalan baru. Dari jembatan pertama, begitu keluar dari pelabuhan roro, ambil jalan lurus. Tapi, begitu dilewati ternyata mobil saya tak bisa lewat. Karena jalan ini rusak parah. Akhirnya kami putuskan balik kanan, dan ambil jalan melewati perkampungan.

Masuk jalan di pemukiman penduduk, pun tak juga lebih baik. Banyak sekali badan jalan yang rusak. Salah-salah memilih jalan, bisa-bisa mobil terpuruk dan sulit untuk melanjutkan perjalanan. Saya berusaha sangat hati-hati, agar kami bisa sampai ke destinasi wisata dengan selamat.

Cuaca cukup terik. Tapi justru panas di luar, membuat badan jalan berdebu. Kasihan juga saya melihat pengguna sepeda motor. Sudahlah panas, jalan yang dilewati juga penuh dengan debu. Batin saya berucap: perlu cepat dibenahi infrastruktur jalan di Pulau Rupat ini.

Apa tidak ada jalan yang bagus? Banyak juga. Kalau dikira-kira, dari jarak yang ada: sekitar 80 kilometer, mungkin sekitar 50 persen, bahkan bisa lebih, badan jalan yang dilewati sudah bagus dan masuk kategori layak. Itu artinya, sampai infrastruktur jalan ini semua bagus tentu saja tidak lagi terlalu memerlukan kerja berat. Hanya saja, kapan akan diperbaiki dan selesai masalah ini, jawaban itu yang belum bisa dipastikan.

Ketika foto-foto dan cerita ini saya share ke Penjabat (Pj) Bupati Bengkalis H Syahrial Abdi MSi. Secara cepat, ia memberi respon. Jawaban pertama yang saya dapat dari WA-nya: ‘Anda Benar’ (tanda emoticon dari WA). Saya cuma bisa senyum.

Ketika diminta komentar lanjut terkait infrastruktur di Pulau Rupat, Pj Bupati Syahrial Abdi menjawabnya dengan singkat dan padat.

Kata Pj Bupati: Pemkab bengkalis dan Pemprov Riau sedang mengupayakan agar infrastruktur di pulau Rupat dibangun melalui APBN. Hal ini seharusnya sudah lama terwujud, mengingat: 1) Pulau Rupat sudah merupakan Kawasan Strategis Pariwisata Nasional (KSPN) yang sudah ditetapkan sejak tahun 2010.

Terkait infrastruktur, lanjut Syahrial Abdi, 2) Pulau Rupat juga sebagai kawasan 3T (terdepan, terluar dan tertinggal). 3) Rupat juga merupakan Lokasi Prioritas (LOKPRI) untuk Strategi penanganan Perbatasan Negara. 4) terjadinya abrasi di sepanjang pantai Rupat (kedaulatan negara berkurang setiap garis pantai berkurang).

Adapun infrastruktur dasar yg seharusnya dibangun dari APBN, kata Pj Bupati lagi, adalah: a) Jalan, b) jembatan, c) Penahan dan pemecah ombak (ABRASI), d) Air bersih, e) Listrik, f) Gedung sekolah, G) rumah sakit/puskemas rawat inap, h) Gedung-gedung pertemuan/serba guna, dan i) pos lintas batas negara yg memadai.

Mendapat penjelasan seperti itu, barulah saya mengerti apa sebenarnya yang terjadi di Pulau Rupat. Bisa dibayangkan, sudah sejak 10 tahun lalu resmi menjadi KSPN, dan itu diakui oleh negara, eh ternyata tak cukup juga untuk menjadi dasar agar infrastruktur di pulau ini segera dibangun. Alhasil, sampai sekarang, pun masih belum selesai-selesai masalahnya.

Saya tak mau dibuat pusing oleh jalan yang rusak sana sini. Niat hati mau jalan-jalan, menapak di beberapa destinasi wisata Pulau Rupat. Apapun kondisinya, niat hati harus tersampaikan. Tujuan awal, adalah pantai Ketapang.

Mobil kami tiba di pantai Ketapang sekitar pukul 16.45 wib. Sayang, air laut naik pasang pula. Niat hati mau melihat pasir putih pantai Ketapang nan memikat hati, jadinya kurang terpuaskan. Namun, lumayan juga-lah. Saya dan keluarga bisa foto-foto di tulisan besar ‘Selamat Datang di Pantai Ketapang’. Selain itu, kami juga bisa foto dan selfi di pantai dengan latar hamparan air laut yang begitu luas.

Kata teman saya, kalau air laut surut, hamparan pasir putih di pantai ini bisa sampai 100 meter ke arah tengah laut. Pasti keren dan bagus sekali. Karena memang pantai Ketapang ini dikenal punya pasir putih yang indah. Selain itu, pantainya sangat landai dan air lautnya pun relatif lebih bersih.

Untuk masuk ke sini, kita mesti bayar karcis masuk sekitar Rp15 ribu. Tanda masuk pun diberikan oleh petugas yang berjaga di pintu masuk. Hati saya berdecak kagum: untuk bisa menikmati alam begini indah cuma perlu segitu keluarkan uang. Mau murah dan enak seperti apa lagi kita. Saya dan keluarga bersyukur dan senang sudah sampai di pantai ini. (bersambung)

Check Also

Tebar Keberkahan di bulan Ramadhan, Forum Boedak Melayu Berbagi Takjil

Sungai Pakning — Di bulan Ramadhan yang penuh keberkahan, Forum Boedak Melayu Kecamatan Bukit Batu …

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

slot online link slot gacor slot gacor resmi