Kamis , 25 April 2024

Pandangan Edwin, Anggota DPD RI Tentang Konsep Pengembangan Pariwisata Kampar

Edwin Pratama Putra,Anggota DPD RI, Utusan Masyarakat Riau

 

BANGKINANG, (Khabarmetro.com)-– Menurut Anggota Dewan Perwakilan Daerah atau DPD RI, Edwin Pratama Putra, sektor pariwisata kini menjadi sektor unggulan di negara maju. Negara maju, menurut senator muda perwakilan Riau itu, menggarap dengan serius potensi wisata yang mereka miliki dengan konsep pariwisata terintegrasi.

Edwin menceritakan pengalamannya ketika berkunjung ke Jepang beberapa tahun lalu. Di Jepang sebut Edwin, sektor pariwisata menjadi sektor prioritas dalam arah kebijakan pembangunan negara mereka.

“Di kawasan gunung Fuji, ada hampir 25 spot wisata. Kesemua spot itu bisa dijangkau hanya dengan satu rute bus,” ungkap Edwin, kepada wartawan, beberapa waktu lalu, saat ditemui di salah satu tempat di Bangkinang Kota.

Edwin mengaku tahu betul apa yang disukai oleh wisatawan bila berkunjung ke suatu spot wisata. Karena hal itu, ia dasari pada hobi dirinya sendiri yang memang gemar melakukan trip (perjalanan) ke berbagai tempat yang indah dan menarik.

“Saya banyak pengalaman, sebab saya suka jalan-jalan. Sejak usia 17 tahun sampai sekarang,” ulas Edwin.

“Waktu kita ke sana (Jepang), kita dibilang tour guide (pemandu) kita, kita dibilang, Mister Edwin, di sana ada spot yang lebih menarik lagi. Lalu nanti dibilang lagi, di sana ada yang lebih bagus lagi, seterusnya begitu. Mereka promosi terus. Ternyata itu memang bagian dari strategi marketing mereka kepada pengunjung,” bebernya

Hal itu, katanya mestinya menjadi pelajaran berharga bagi Pemda Kampar untuk menggarap serius setiap potensi wisata yang ada di daerah.

“Potensi spot-spot wisata di kabupaten ini satu dengan lain harus terintegrasi,” ucap Edwin.

Dalam menuju konsep pariwisata terintegrasi ini, kata Edwin, harus dimulai dari pendataan. Semua spot-spot (titik) yang potensial harus terdata serta diinventarisir.

Kemudian setelah itu, ia mengatakan pihak terkait mesti membuat great titik spot wisata yang ada. Lanjutnya, ada great untuk titik wisata 1, 2, 3 dan seterusnya. “Dan dibikin klaster, ini ada klaster orang berkunjung sehari lalu pulang. Kemudian ada great atau klaster yang orang berkunjunjung 2 hari satu malam,” ujar Edwin mencontohkan.

Lalu katanya, setelah hal itu telah dilakukan, barulah kemudian, dibuat alur perjalanan yang terintegrasi. “Insya Allah dengan begitu, semua spot wisata yang ada di Kabupaten Kampar ini dapat terkembangkan dan terpromosikan,” tambah Edwin.

“Dibikin rutenya. Dibuat roadmap-nya. Baru pemerintah tuangkan dalam suatu kebijakan. Bisa berupa Peraturan Bupati (Perpub) atau bisa berupa produk Peraturan Daerah (Perda),” sambung Edwin.

Dari segi regulasi, Edwin memandang, sangat perlu bagi pemerintah daerah mengeluarkan regulasi yang akan menjadi payung aturan dalam menata serta mengembangkan sektor pariwisata. Kalau regulasi sudah ada, akses anggaran jadi mudah, pelibatan berbagai instansi terkait pun semakin jelas.

“Kalau sudah ada regulasi yang mengatur, kita akan lebih mudah mengembangkan sektor pariwisata, sesuai dengan tahapan-tahapannya,” imbuh ayah satu anak.

Modal selanjutnya, menurut Edwin ialah dukungan dari semua kalangan. Dukungan pemerintah daerah yang paling utama. Kemudian juga dibutuhkan dukungan dari tokoh-tokoh.

“Dan ini membutuhkan support dari semua pihak, bukan hanya pemerintah, masyarakat harus juga support, tokoh-tokoh, termasuk harus didukung oleh pelaku usaha,” ucap Edwin.

“Kami yang ada di dewan juga wajib support. Kawan-kawan wartawan juga harus mendukung pengembangan wisata kita. Selalu ikut mempromosikan. Kita harus kompak,” lanjut dia lagi.

Menggarap segmen pariwisata dewasa ini, kata Edwin adalah sebuah pilihan yang tidak dapat dikesampingkan oleh para pemangku kebijakan. Mengingat, negara sekelas Jepang saja, memposisikan sektor pariwisata ini sebagai sektor unggulan, prioritas yang sedang dan akan terus mereka kelola dengan sebaik-baiknya.

“Jepang sekarang sudah merubah kiblat. Kalau dulu mereka membangun infrastruktur, namun sekarang mereka membangun lingkungan dan mengembangkan sektor pariwisata,” terang Edwin.

Edwin juga mengingatkan, konsep pengembangan wisata Kampar tidak boleh terkungkung dalam skop lokal semata. Tapi lebih dari itu, konsep pengembangan yang harus dilaksanakan, kata dia, ialah konsep pengembangan wisata yang luas dan menasional atau bahkan mendunia.

“Kalau bicara pariwisata, kita tidak boleh terkungkung berpikir lokalan, tapi kita harus berfikir nasional atau bahkan lebih luas dari itu,” ujar Edwin.

Edwin mencontohkan, di negara kita banyak-orang orang berduit pergi ke luar negeri untuk melihat salju. Karena kita tidak punya salju.

Sebaliknya, kata Edwin, orang luar itu tidak punya alam seperti di tempat mereka, mereka tidak punya sinar matahari seperti yang kita punya. Mereka tidak punya kuliner seperti yang kita punya. Mereka juga tidak punya keunikan dan ragam budaya seperti yang kita punya.

“Tinggal bagaimana caranya, mereka tertarik datang ke tempat kita,” ucapnya.

Edwin juga mengajak stakeholder (pemangku kebijakan) di Kampar belajar banyak dari cara Bali memajukan sektor pariwisata. Semisal, di Bali ada atraksi budaya yang sangat menyedot perhatian wisatawan, seperti tari Kecak.

“Begitu juga harusnya kita di Kampar. Kita harus punya atraksi budaya yang bisa kita tampilkan. Harus kita modernisasikan agar semakin menarik bagi pengunjung,” jelas Edwin.

“Kita banyak ragam keunikan dan kearifan lokal. Itu harus kita tonjolkan,” tegas Edwin.

Masyarakat Kampar kata dia, harus mampu mengeksploitasi serta mengeksplorasi seluruh potensi menjadi suatu daya tarik. Ada beberapa segmen yang harus dilirik untuk dikembangkan.

“Ada orang suka keindahan alam, ada untuk yang suka petualangan, ada yang suka kuliner, segmentasinya berbeda-beda. Kita punya semuanya, bukit kita punya,” tutur anak Bangkinang Itu.

Hal yang paling prinsip menurut Edwin dalam mengelola potensi wisata ialah merubah mindset atau pola pikir manusia yang akan terlibat dalam industri pariwisata tersebut.

Contohnya saja, kata Edwin, David selaku Kabid Promosi Wisata, mampu mengkonversikan eceng gondok memiliki daya tarik untuk mendatangkan orang.

“Yang hanya eceng gondok, yang awalnya ini hama, tapi dengan dimanej, eceng gondok ini menjadi daya tarik membuat orang ramai berkunjung,” ucap Edwin, mengapresiasi cara David mengelola, mem-branding serta mempromosikan kawasan objek wisata Sungai Sonsang di dekat komplek perkantoran Pemda Kampar sehingga menjadi ramai dikunjungi wisatawan.

Soal pengembangan pariwisata, tutur Edwin, tidak bisa terlepas dari adanya promosi yang masif dan luas di publik. Namun, soal promosi, Edwin menitikberatkan hal yang harus utama dilakukan sebelumnya ialah melakukan pembenahan infrastruktur dasar yang dimiliki.

“Sebelum kita gencar melakukan promosi, kita harus terlebih dahulu membenahi infrastruktur dasar kita,” sebut Edwin.

Sebab, menurut hemat Edwin, promosi yang dilakukan tanpa diawali dengan pembenahan infrastruktur dasar yang dimiliki, justru akan berimbas buruk pada kita sendiri. Dampak bisa menjadi bumerang yang justru akan merugikan diri sendiri.

“Nanti kalau kita belum berbenah, sudah promosi, tapi toiletnya (masih) kotor, orang akan cerita. Kalau makanan tidak enak, tidak higienis, jorok, nanti kesan negatif ini akan terus berkembang. Jadi branding yang negatif bagi kita. Untuk itu, sebelum kita promosi, apa yang harus kita jual, betul-betul sudah siap. Semua infrastrukturnya harus sudah terbenahi dengan baik,” tutur Edwin. (naz)

Check Also

Hadiri Halal Bi Halal HKR, Wabup Minta Seluruh Masyarakat Rohul Tingkatkan Kebersamaan Dan Persatuan

Rohul -Mengangkat Tema “Merajut Kebersamaan Meraih Kemenangan” Himpunan Keluarga Rokan Hulu (HKR )Pekan baru Provinsi …

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *