Selasa , 23 April 2024

Cara Masyarakat Inhil Memberlakukan ”Pohon Kehidupan”

KABUPATEN Indragiri Hilir (Inhil), adalah dikenal negeri “nyiur melambai”. Julukan ini diberikan karena sejauh mata memandang wilayah ini banyak ditumbuh pohon kelapa. Lebih dari 60 persen wilayah darat kabupaten ini ada alah kebun kelapa. “Tak aneh, jika Kabupaten Indrgiri Hilir dijuluki ‘Negeri Seribu Parit, Hamparan Kelapa Dunia’,” ujar Bupati Indragiri Hilir H.M. Wardan saat memberikan presentasi di depan Tim Juri Anugerah Kebudayaan PWI Pusat 2023 di Kantor PWI, Jakarta, beberapa waktu lalu.

Luasnya kebun kelapa rakyat di Inhil bagi Wardan adalah anugerah yang memberinya motivasi kuat untuk terus berupaya agar potensi tersebut dimanfaatkan dengan maksimal. Bahkan ia merasa bangga Inhil terkenal dengan kelapanya. Salah satu gebrakan Wardan adalah menyelenggarakan Festival Kelapa Internasional (FKI) di Indragiri Hilir pada 2017 lalu. Kabupaten ini mendapat kepercayaan sebagai daerah pertama yang menjadi penyelenggaraan FKI.

Festival ini dihadiri para delegasi negara tentangga dari Malaysia, Belanda, Singapura, Thailand, India, Sri Langka, Tiongkok, dan sejumlah pemerintah daerah penghasil kelapa di Indonesia. “Kendati FKI telah berakhir tapi kerja belum selesai, berbagai inovasi, regulasi dan kebijakan terus digencarkan demi berkembangnya budidaya tanaman kelapa dan peningkatan kesejahteraan petani,” ujar Bupati Wardan.

Selain itu, demi kelapa Bupati Wardan pun kerap melakukan ekspose baik di tingkat nasional ataupun kepada tamu dari negara luar terkait potensi kelapa di Indragiri Hilir.

Ia memang mempunyai impian besar tentang kelapa. Ia berencana membangun museum kelapa, mendirikan politeknik perkebunan kelapa, gerakan satu rumah satu produk kelapa, dan agrowista kelapa. Muaranya untuk kesejahteraan masyarakat Inhil dengan tagline “Kelapa Menjulang Masyarakat Gemilang”.

Sejarah Panjang

Sejarah kelapa di Indragiri Hilir ternyata panjang. Kelapa sudah mulai dikenal sejak zaman Hindia Belanda. Kabupaten ini dikenal sebagai penghasil kelapa terkemuka, bahkan sampai saat ini.

Pada tahun 1918, Mufti Indragiri Tuan Guru Syekh Abdurrahman Shiddiq bersama keluarga dan muridnya karena daerah ini berada di tepi laut tetapi bisa dimanfaatkan, maka mereka membuat parit-parit untuk mengatur sirkulasi air pasang dan surut air laut. Kita mengenalnya sekarang sebagai sistem kanalisasi.

Tujuanya, parit atau kanal berfungsi menyuplai kebutuhan air bagi tanaman kelapa agar tidak kekurangan air saat kemarau dan tidak terendam saat air pasang atau hujan. Selain itu, kanal juga digunakan sebagai sarana pengangkut kelapa. Makanya, sampai sekarang, sistem kanalisasi secara turun temurun dilakukan oleh masyarakat. Hasil produksi di perkebunan kelapa pun mulai meningkat.

Sampai saat ini, bagi masyarakat Indragiri Hilir kelapa tak hanya sebagai primadona sumber ekonomi masyarakat, tapi lebih dari itu. Kelapa menjadi identitas dan jati diri Kabupaten Indragiri Hilir hingga dijuluki “Negeri Seribu Parit, Hamparan Kelapa Dunia”.

Kelapa adalah denyut kehidupan penduduk Indragiri Hilir. Jika ada ”bermasalah” dengan kelapa, mereka langsung risau. Mereka memang hidup dari dan bergantung pada kelapa.

“Pernah datang sekitar 50 orang petani kelapa menemui saya. Mereka datang sambil menangis. Mereka katakan, tak bisa lagi menyekolahkan anak. Tak bisa lagi berusaha karena kebun kelapa mereka rusak akibat hama kumbang. Saya sedih sekali mendengar cerita ini,” ujar Wardan.

“Semua akan saya lakukan agar petani kelapa di Indragiri Hilir sejahtera, karena saya dulunya adalah anak petani yang kini jadi bupati,” ucapnya berjanji. Dan itu ia laksanakan serta wujudkan dalam sejumlah peraturan daerah yang dapat menjamin kedaulatan kelapa.

Misalnya, Keputusan Bupati Indragiri Hilir tahun 2019 tentang penetapan pakaian Melayu dan tanjak dari kelapa pada tiap Jumat bagi ASN di lingkungan Pemkab Indragiri Hilir. Bila kehidupan penduduk Kabupaten Indragiri Hilir sangat bergantung pada pohon kelapa, memang wajar. Pohon kelapa disebut-sebut sebagai “pohon kehidupan”.

Dikatakan demikian, karena dari akar sampai pucuk daun pohon kelapa semuanya dapat dimanfaatkan untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari. Daun kelapa, misalnya, dapat dimanfaatkan untuk atap rumah, bahan kulit ketupat, janur, dan sapu lidi.

Dari buahnya, masyarakat mendapatkan air kelapa yang sangat bermanfaat sebagai pengganti ion tubuh. Daging buahnya selain untuk es kelapa muda, buah yang tua dapat dijadikan minyak kelapa yang manfaatnya banyak.

“Produksi dari buah kelapa ini banyak. Selain santan juga ada VCO, coco fiber, nata de coco, Kara, Dydor Coco, carbon, briket, dan gula,” jelas Bupati Wardan yang bangga dipanggil sebagai “bupati kelapa”. Tempurung kelapa selain untuk arang, juga dapat dimanfaatkan untuk berbagai kerajinan. Sedangkan serabutnya dapat dimamfaatkan untuk berbagai industri rumah tangga lainnya.

Hanya saja persoalannya, perkebunan kelapa di Inhil ini mengalami penurunan, dimana luas lahan sekarang sudah berada di bawah 400.000 hektar. Penyebab penurunan luasan tersebut dikarenakan tidak pengelolaannya yang kurang produktif, banyaknya tanaman yang sudah tua dan rusak yang seharusnya diremajakan, banyaknya petani yang beralih ke komoditas sawit dan ada sebagian perkebunan petani yang masuk dalam kawasan hutan sehingga menjadi kendala dalam pelaksanaan program replanting.

Sepanjang tahun 2021, Kabupaten Indragiri Hilir mendapatkan alokasi replanting atau peremajaan tanaman kelapa seluas 200 hektar, 100 hektar merupakan program bantuan dari peremajaan tanaman kelapa lewat APBN, dan 100 hektar bersumber dari APBD.

Selama ini hasil perkebunan kelapa di Kabupaten Indragiri Hilir hanya untuk memenuhi kebutuhan industri olahan air kelapa untuk dibuat menjadi minuman kemasan berskala nasional dan internasional. Namun masyarakat belum memanfaatkan seutuhnya produk turunan dari kelapa yang dapat membantu menambah nilai ekonomis dari produksi perkebunan kelapa.

Ada beberapa faktor dan kondisi yang membuat sulit mengembangkan potensi perkebunan kelapa ini. Beberapa peneliti dan praktisi pengembangan desa melakukan penelitian terkait beberapa faktor diantaranya, rendahnya kreativitas yang hanya menjual kelapa bulat. Etos kerja petani dalam pengelolaan kelapa, pengembangan kelembagaan khusus yang menangani komoditi kelapa sebagai komoditi unggulan Kabupaten Indragiri Hilir, pengembangan peralatan dan teknologi yang digunakan untuk mengolah produk turunan kelapa, serta kerjasama yang dilakukan pemerintah dengan perusahaan pengolahan kelapa juga masih butuh banyak dorongan agar hasilnya dapat optimal bagi kesejahteraan masyarakat petani kelapa.

Pemerintah Indragiri Hilir melalui Dinas Pariwisata ingin mengembangkan potensi tersebut, tidak hanya sebagai penghasil kelapa terbesar di Indonesia namun juga mengembangkan perkebunan kelapa ini sebagai destinasi wisata kelapa yang juga akan menjadi unggulan, sehingga diharapkan mampu membuka pengembangan daerah Indragiri Hilir semakin maju dan dapat mensejahterakan masyarakat.

Pengembangan wisata dapat dilakukan dengan berbagai hal diantaranya berupa wisata minat khusus dengan belajar pemanenan buah kelapa sebagai salah satu atraksi wisata yang ditawarkan atau wisata edukasi, dengan mengajak lingkungan sekolah dari SD hingga perguruan tinggi untuk belajar menanam dan memahami keunggulan serta keunikan pohon kelapa atau bisa juga mengembangkan teknologi untuk pengolahan dan pengelolaan perkebunan kelapa yang bekerja sama dengan Universitas, menjadi satu bagian atraksi wisata yang bisa ditawarkan kepada wisatawan dan masyarakat. (adnan buyung)

Check Also

Wakil Bupati Rohul.Jadikan MTQ mencetak Generasi Al Qur’an

7 ROKAN HULU- Malam Pembukaan Helatan Musabaqoh Tilawatil Quran (MTQ) ke 24 Tingkat Kabupaten Rokan …

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

slot thailand slot gacor resmi demo slot